![]() |
Ilustrasi gelombang Tsunami |
KOMPLIT | Tsunami. Bencana ini makin akrab di telinga kita pasca
tragedi alam itu meluluhlantakkan sebagian besar Aceh pesisir dan Pulau Nias
pada tahun 2004 lalu. Sangkin parahnya kerusakan yang terjadi, Indonesia sampai-sampai
tak mampu untuk menangani sendiri. Bantuan dari negara-negara asing pun tak
bisa ditolak demi melakukan evakuasi terhadap ratusan ribu korban jiwa dan
harta benda yang berserakan bersama puing-puing bangunan.
Yah, trauma itu kembali terusik ketika Palu dan Donggala di
Pulau Sulawesi dihantam bencana yang sama. Meski tidak separah Aceh dan Nias,
namun tetap saja memakan korban jiwa dan material yang luar biasa. Dan belakangan,
tepatnya di akhir 2018, bencana serupa juga meluluhlantakkan sebagaian pesisir Banten
dan Lampung.
Hanya saja, dengan tegas Presiden RI Ir Joko Widodo
menolak tawaran bantuan dari negara-negara tetangga. Bahkan uluran tangan negara-negara
super power pun tidak diterima sosok pribadi yang belakangan mendapat acungan
jempol dari banyak bangsa-bangsa maju karena kemampuannya yang membawa
percepatan pembangunan besar bagi ibu pertiwi itu.
Mungkin sikap Pak Jokowi ini sebagai bentuk pernyataan
bahwa Indonesia adalah bangsa yang kuat serta mandiri dan mampu untuk bangkit
dari seberat apa pun keterpurukannya. Terbukti, penanganan bencana-bencana yang
terjadi di berbagai daerah, dapat diatasi oleh segenap anak bangsa. TNI-Polri,
Basarnas, Pemerintah Pusat dan Daerah bersinerji bahu membahu mengatasi
seluruhnya.
Kembali ke soal Tsunami, kok namanya unik ya, Sahabat Komplit? Ternyata
asal katanya disadur dari bahasa Jepang. Yah, karena Jepanglah salah satu
negara yang terparah di dunia dihantam oleh bencana alam ini. Tsunami dalam bahasa
Jepang dituliskan dengan kata 津波. Di mana kata tsu artinya pelabuhan.
Sedangkan nami artinya gelombang. Jadi arti kakunya ombak besar di pelabuhan,
yakni perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba.
Menurut para ahli, di antaranya Profesor James Goff,
salah satu direktur dari Pusat Penelitian Tsunami dan Bencana Alam di
Laboratorium Universitas News South Wales, Australia, Tsunami bisa terjadi
akibat banyak hal. Di antaranya, pergerakan lempeng bumi (tektonik) di bawah
dasar laut yang diakibatkan gempa, bisa juga karena letusan gunung api,
jatuhnya benda langit seperti meteor dalam ukuran besar, atau juga akibat tanah
longsor yang memengaruhi permukaan air laut.
Disebutkan Profesor James Goff, tragedi Tsunami sulit
untuk dideteksi. Kejadiannya selalu tidak terduga dan tiba-tiba saja juga
meluluhlantakkan daratan. Bahkan sangkin besarnya gelombang, setiap kejadian
Tsunami selalu ada kapal berukuran besar yang terdampar ke daratan jauh dari
pantai.
Bagaimana proses terjadinya tsunami? Awalnya bermula dari
gerakan vertikal pada lempeng bumi berupa patahan di dasar samudera. Kondisi ini
mengakibatkan dasar laut menjadi naik atau turun secara tiba-tiba. Gempa di
dasar lautan ini kemudian membuat air di atasnya menjadi tidak seimbang
sehingga mengubah aliran energi air laut secara dahsyat. Energi ini berupa
gelombang bergerak menuju pantai yang kita sebut sebagai tsunami.
![]() |
letusan gunung api. |
Tapi penjelasan di atas masih yang diakibatkan oleh
gempa. Bencana serupa juga akan terjadi bila ada benda langit seperti meteor
atau asteroid berukuran besar jatuh ke laut. Dahsyatnya suhu panas dari benda langit
ini juga dapat mengakibatkan terjadinya gelombang besar di laut.
Tsunami bukan gelombang tunggal yang sekali datang lalu habis.
Tapi merupakan serangkaian gelombang besar. Di lautan terbuka, gelombang
tsunami tidak terlihat besar. Tapi ketika sampai perairan dangkal, gelombang ini
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan air normal. Gelombang tinggi
dan cepat inilah yang dapat menyebabkan korban jiwa dan kerugian lainnya.
Berbicara mengenai kecepatan gelombang tsunami, maka kamu
harus mengerti pada kedalaman laut berapa dan dimana gelombang itu terjadi.
Kecepatan gelombang tsunami bisa mencapai ratusan km/jam loh! Di tengah lautan
luas, tinggi gelombang tsunami hanya sekitar beberapa sentimeter dan meter,
tapi ketika mencapai pantai, tingginya bisa mencapai puluhan meter!
Bertambahnya ketinggian gelombang ini terjadi karena adanya penumpukan massa
air permukaan.
Lalu, bagaimana tanda-tanda bahwa Tsunami akan terjadi?
Biasanya ada gempa dan gempa susulan yang diikuti air di pantai yang tiba-tiba surut.
Kemudian ada terdengar suara gemuruh disusul gelombang pasang yang sangat
tinggi. Jadi kalau Anda tinggal di wilayah pesisir pantai atau pun hendak
berekreasi ke pantau, ada sebaik memiliki pemahaman yang baik tentang bencana
tsunami.
Selain untuk berjaga-jaga, seperti halnya masyarakat
Jepang, mereka bahkan dididik untuk memahami bagaimana sistem evakuasi yang
baik saat tsunami datang! Sehingga dapat menekan jumlah korban jiwa atau
mengurangi kerugian baik secara fisik, ekonomi, sosial dan lingkungan! (red)